Rabu, 27 September 2017

Cerita Perjalanan Ponorogo ke Jambi

Pada kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya pergi kepulau Sumatra, tepatnya di Kota Jambi. Sebenarnya keperluan utama saya pergi ke jambi adalah untuk takziah, yang meninggal adalah adiknya munib, yang masih duduk di bangku kelas 2 Mts, meninggal karena ada gangguan pernapasan, jadi niatnya takziah sekaligus  bersilaturahmi. Saya berangkat ke jambi bertiga, saya sendiri, pak Mahmud (paman saya) dan Munib (keponakan). Saat itu munib masih berstatus santri di pesantren Kwagean di Kediri, namun pada saat adiknya kritis dia disuruh pulang ke jambi. Sebelum pulang ke jambi munib mampir dulu di rumah pak Mahmud, karena dirumah ini dia tinggal ketika pulang atau libur pesantren. Rencananya munib akan berangkat ke jambi sendiri, namun dapat kabar kalau adiknya telah meninggal, kasihan juga kalau dibiarkan berangkat sendiri, akhirnya pak mahmud dan saya memutuskan untuk ikut ke jambi.
Jam 11 Siang Kami bertiga menunggu bis di dolopo madiun, bus yang dipesan adalah bus San (Siliwangi Antar Nusa), bus ini bermarkas di Bengkulu dan melayani trayek jawa Sumatra. 15 menit menunggu akhirnya bus datang juga dan kami pun langsung naik, jumlah penumpang lumayan banyak dan ternyata seat kursi 2-3 jadi ya lumayan sempit. Dulu sempet dengar dari temen katanya bus SAN armadanya bagus-bagus, mesin pakai mercy, Volvo dan scania, mungkin karena yang saya tumpangi bis kelas bisnis ac jadi ya seat nya 2-3, kalu yang eksekutif seatnya 2-2. Jam setengah 12 bus pun berangkat, tidak lupa saya minum antimo dulu karena perjalanan ini akan berlangsung lama, sekitar 2 hari lebih estimasi tiba di jambi.
Dalam perjalanan 3 jam kemudian bus berhenti di agen bus SAN di solo, ternyata kami harus turun dan pindah ke bus lain, sempat kecewa juga karena ribet harus mindahin lagi barang bawaan yang lumayan banyak. Akhirnya beberapa penumpang lain dan kami pun turun dan menunggu di agen SAN. Tak terasa 1 jam lebih bus pun tak kunjung datang, para calon penumpang lain pun banyak yang menggerutu. Di seberang jalan terlihat Bus ALS (Antar Lintas Sumatra) sedang menaikkan penumpang dan menaikkan barang-barang penumpang diatap bus, Barang-barang yang ditaruh diatap bus sangat banyak. Bus ALS ini ternyata memiliki trayek terjauh, yaitu dari medan sampai Banyuwangi, teman saya pernah cerita dia naik dari medan tujuan ke madiun, perjalanan membutuhkan waktu 6 hari.
Sekitar 1 jam 30 menit akhirnya bus yang ditunggu pun datang, saya dan para penumpang lain segera naik dan memilih kursi sesuai nomor di tiket. Kami mendapatkan kursi  nomor 4 dari depan seat sebelah kanan. Bus pun melaju kencang menuju klaten arah ke jogja, 1 jam 30 menit kemudian bis masuk di terminal giwangan, ternyata untuk menghampiri penumpang di agen SAN. Bus pun Langsung berangkat lagi dan ternyata dari jogja lurus aja kearah magelang, saya pikir lewat boyolali dan salatiga untuk menuju jalur pantura. Ternyata Bus San ini lewatnya jalur selatan, tidak lewat jalur pantura. Sebelumnya pernah juga ke Jakarta naik rosalia indah, dari solo lewatnya boyolali, salatiga ungaran, karena bus ini lewatnya jalan pantura.
Sepanjang perjalanan, kasihan juga melihat munib, dia tampak diam mungkin karena masih shock karena adiknya meninggal. Lalu saya pun tertidur, jam 9 malam bus berhenti di rumah makan, ternyata ini daerah gombong kebumen, kami bertiga turun untuk sholat, sekaligus makan malam. Satu jam kemudian kondektur bus memberi  isyarat kalau bus sudah mau berangkat, kami pun segera naik bus. AC bisnya dingin banget, lubang ac juga tidak bisa ditutup, jadi harus pakai jaket dan harus ambil sarung untuk selimut, di perjalanan ini saya pun tertidur.
Sekitar jam 4 pagi saya terbangun, terdengar suara derungan bus, ternyata sedang melewati tanjakan nagrek di kab bandung, curam juga tanjakannya beberapa truk-truk besar pun terlihat tidak kuat nanjak dan perlu diganjal rodanya untuk mengambil ancang-ancang. Ini ternyata Jalan lingkar nagrek yang tahun ramai dilalui para pemudik lebaran, biasanya juga diliput media televisi.
Singkat cerita jam 9 pagi bus tiba di agen PO San di kayu putih Jakarta untuk menaikkan penumpang lagi sekalian istirahat disini. Sekitar jam 12 siang kami tiba di pelabuhan merak banten, sebelum  memasuki pelabuhan kondektur menyarankan untuk membeli nasi bungkus yang dijajakan pedagang asongan yang masuk bus, karena bisa lebih murah dibandingkan dengan harga didalam kapal yang sangat serba mahal.
Ketika duduk di deck ruang tunggu kapal, banyak pedagang dikapal yang menawarkan barang seperti, obat kulit, mesin jahit portable, alat gambar untuk anak kecil, dan lain-lain. Sekilas barang yang dijual sangat sederhana, namun saya salut dengan teknik menjualnya, mereka menjelaskan secara detail tentang manfaat, dan cara penggunaan barangnya dengan gaya bicara sangat unik, sehingga banyak penumpang yang tertarik dan membelinya.
Tak terasa 2 jam, kapal pun tiba di pelabuhan bakaheuni lampung, kami menuju parkiran bus segera bus. Bus pun melaju, sekitar pukul 5 sore bus tiba di terminal rajabasa lampung, yang katanya ini terminal banyak preman berkeliaran. Ternyata propinsi lampung ini sangat luas, sudah berjam jam perjalanan namun masih di wilayah lampung. Akhirnya saya pun tertidur, saya terbangun pukul 4 pagi, bis nya berhenti, ternyata mogok, kata kondektur bus salah satu part mesin belakang terlepas jatuh, setelah dicari beberapa waktu akhirnya ditemukan namun kondisi juga sudah rusak. Para penumpang menunggu dalam ketidakpastian karena belum ada penjelasan dari awak bus. Tidak jauh terlihat mushola, saya, pak Mahmud, dan munib kesana untuk sholat subuh. Ternyata ini daerah banyuasin Palembang, saya tahu dari papan di masjid.
BUS SAN MOGOK DI PALEMBANG

Kondektur bis menjelaskan, katanya akan di oper ke bus lain, namun masih belum jelas waktu kedatangannya, akhirnya awak bus mencarikan 5 mobil penumpang (pickup) untuk mengangkut penumpang ke rumah makan Musi indah Palembang untuk menunggu bus jemputan, setiba disana semua penumpang diberikan makan gratis oleh awak bus sebagai tanggung jawab.
Satu jam kemudian penumpang ditawari naik bus sari mustika, bus ini jurusan semarang jambi, namun penumpang tidak terlalu penuh. Tanpa pikir panjang kami langsung mau karena ingin segera sampai di jambi. Kami langsung masuk bus untuk mencari kursi yang kosong, didalam bus terlihat banyak barang bawaan penumpang sperti beras dan bahan pokok lainnya. Bis nya ber AC namun bis nya udah tua, AC nya tidak terasa, panas sekali didalam bis ditambah cuaca di Sumatra yang panas.
Bisnya ini kenceng banget lajunya, sopirnya ugal-ugalan, padahal jalanan lintas Sumatra ini ekstrim. Akhirnya sudah memasuki pertengahan daerah jambi, beberapa saat kemudian bis nya berhenti, dan ternyata mogok lagi, ada kerusakan di perseneling. Lagi lagi harus di oper ke bus lain, 30 menit kemudian bus nya datang dari arah jambi, saya langsung naik dan penumpang sangat penuh, saya harus berdiri di depan. Setengah jam kemdian kondektur mengatakan sudah mau sampai di kota jambi, akhirnya kami tiba di jambi dan menunggu di agen bus sari mustika di simpang rimbo jambi.
BUS SARI  MUSTIKA MOGOK


Lalu munib menelfon travel langganannya, sambil menunggu saya pun mandi si toilet agen bus sari mustika, akhirnya bisa mandi juga setelah 3 hari. Satu jam kemudian mobil travel pun datang, dan kami langsung naik. Terlihat 1 sopir dan hanya 1 penumpang wanita muda. Mobilpun berangkat, kami melewati kota jambi, tidak disangka ternyata kota jambi besar juga, tata letak kota juga bagus dan ramai kendaraan. Beberapa saat kemudian kami mulai keluar dari kota, sang sopir mulai memacu kencang kendaraanya, dengan lihainya mengindar ketika melewati jalan yang berlubang. Di sepanjang perjalanan terlihat tanaman kelapa sawit dan kelapa.
Akhirnya Jam 17.30 kami tiba di desa manunggal makmur kec kuala jambi, kami turun dan membayar mobil travel nya, 35 ribu per orang. Lalu munib menelfon orang rumah untuk menjemput kami, sambil menunggu jemputan kami berjalan menuju rumahnya. Jemputan pun datang kami naik motor menuju rumah munib, akses jalan menuju kesana sangat gelap melewati kebun kelapa dan lebar jalan hanya 1 meter. Alhamdulillah akhirnya kami tiba di rumahnya munib, terlihat rumah tradisional jambi, yaitu rumah panggung. Pak Shihab dan Ibu hidayah orang tua munib menyambut kami.
SUMBER : http://www.mediamaya.net/cerita-perjalanan-dari-ponorogo-ke-jambi/

Cerita Perjalanan Ponorogo ke Jambi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar